kutahtakan keberingasanku
kutancapkan di ubun-ubun
orang-orang desa
yang buta
tuli
dan ku kangkangi mereka
dengan kesombongan yang tak berujung
aku tertawa menepuk dada
dengan dasi melilit dileherku
dan surat-surat berharga
yang berisi harga diri yang telah kubeli
yang telah digadaikan paksa
oleh cukong-cukong yang juga telah kubeli
semuanya berjejal di dalam cover hitam
buatan eropa...
dengan senyum dan kata-kata manis
para cukong dan orang-orang desa itu
berjalan pada garis nasib yang kutulis
mereka tersenyum dengan peluh mengalir
disepanjang garis panjang membentang
dan berhenti disaat malam semakin kejam,
dengan bangga !
kuhitung kembali hutang piutang mereka
ternyata...
tanah
air
umur
mereka tak mampu
melunasi hutang nasib yang kurekayasa.
orang-orang desa
dan para cukong
menangis dan tertawa pada
waktu yang sama dan
saat yang berbeda
aku kembali merekayasa....
(Abu ikbal:dikutip dari Muhammad Rajabul akbar)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

0 komentar:
Posting Komentar