Oleh Ketua Bidang Eksternal
Kehadiran mega
Proyek Pemberdayaan Masyarakat yang bermerek PNPM, memang tidak bisa dinafikan
dari urgensi sesungguhnya, karena hajat pemerintah membidani megaproyek
Prorakyat miskin ini adalah sebagai sebuah upaya pemberdayaan masyarakat
bebasis grass root yang diakomodir dengan menunjuk PJOK dengan istilah yang
lebih purba yakni Fasilitator, istilah ini menjadi kurang sedap manakala kita
menyorot hakikat di bentuknya program PNPM karena pada dasarnya itu adalah satu
person.
Mengintip berbagai
jendela dari ruangan maya yang di sediakan beberapa rekan-rekan di Lombok timur
sebagai sebuah saluran sosialisasi program berskala nasional PNPM, ternyata mampu
menghadirkan sebuah semangat baru bagi pemberantasan kemiskinan, karena
bagaimanapun juga kemiskinan bukan saja musuh nasional, dan musuh PBB namunjuga
musuh dunia akhirat semua agama di dunia, hal inilah yang menjadi titik tolak
pelaksanaan penganggaran kebijakan yang mengatasnamakan pemerintah melalui
jalur musrenbang yang difasilitasi oleh ajudan presiden yaitu PJOK di setiap
kecamatan.
Di wilayah
kabupaten Lombok timur berbagai upaya
telah coba digagas oleh PJOK disetiap kecamatan. salah satunya
mensosialisasikan PNPM dengan menyediakan prifasi informasi yang cukup
profokatif dengan tujuan memberikan kesadaran kepada mayarakat akan pentingnya
makna sebuah kemajuan dan betapa mulianya memerangi pengangguran.
Bertolak dari
pemahaman ini Maka Musrenbangdes dijadikan salah satu alternative penyelesaian
(Problem solving) tetapi problem solving ini menjadi tidak mujarrab tatkala
seluruh elemen yang hadir dalam musrenbangdes itu tak terakomodir sempurna,
belum lagi ditambah embel-embel etnosentrime yang berlebihan sehingga dimunculkannya
sebuah statemen desa kita harus menjadi prioritas, ketika itulah PNPM menjadi
monstr haus darah yang membrangus kemandirian tujuan baiknya sebagaimana yang
disampaikan mentri perekonomian di puasat ibu kota setahun lalu.
Dari 12 desa
yang ada diwilayah kecamatan sacra barat yang pernah dan berhasil diamati dan
didengar pendapatnya membenarkan sebuah hipotesa yang mengarah pada sebuah
paragmatisme pembangunan berskala prioritas dengan merek PNPM dimana hamper disetiap
desa yang dipasilitasi oleh PNPM MP maupun GSC sepertinya tidak terlalu
memprioritaskan Pemuda (karang taruna) hal inimenjadi pemicu utama keraguan
masyarakat dalam mempercayai program nasioanal PNPM karena di setiap musrenbang
yang diadakan, Pemuda dalam hal ini
karang taruna hanya dibangku cadangkan.
Keras kepala
bangsa-bangsa tiran memang masih menjadi virus mematikan bagi bangsa yang baru
takeoff seperti bangsa Indonesia, betapa tidak sebuah Negara yang memerangi KKN
namun para prajuritnya mencipta budaya yang lebih tiran dari KKN masih layakkah
MUSRENBANGDES membangku cadangkan pemuda…
Allahua’lam bissowab
Lombok timur ,
Menjelang tengah Malam
07 februari 2014-02-06

0 komentar:
Posting Komentar